base target='_blank' /> Makalah toriqotul qiro'ah ~ KUMPULAN ILMU-ILMU
Selamat Datang maaf jika didalam blog kami masih banyak kesalahan 

Selamat Datang maaf jika didalam blog kami masih banyak kesalahan 


Pages

Minggu, 10 Juni 2012

Makalah toriqotul qiro'ah


BAB I
PENDAHULUAN
Banyak cara yang ditempuh agar seseorang memperoleh pengetahuan. Salah satunya yang paling sering dilakukan adalah melalui membaca. Ini tampaknya lebih menekankan pengertian membaca sebagai kegiatan seseorang untuk memperoleh pengetahuan melalui sumber-sumber tekstual, seperti buku, artikel, koran dan sebagainya, dengan menggunakan mata atau pandangan sebagai alat utamanya. Jika diperluas lagi, pengertian membaca di sini sebenarnya tidak hanya persepsi visual terhadap bentuk rangkaian kata-kata (verbal) tetapi juga dapat berbentuk simbol-simbol lainnya, seperti angka, gambar, diagram, tabel yang di dalamnya memiliki arti dan maksud tertentu.

Yang dimaksud membaca ialah menangkap pikiran dan perasaan orang lain dengan perantaraan tulisan (gambar dari bahasa yang dilisankan). Tujuannya ialah menangkap bahasa yang tertulis dengan tepat dan teratur. Seseorang dapat mengenal suatu objek, ide prosedur konsep, definisi, nama, peristiwa, rumus, teori, atau kesimpulan. Bahkan lebih dari itu, melalui aktivitas membaca seseorang dapat mencapai kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti menjelaskan, menganalisis, hingga mengevaluasi suatu objek atau kejadian tertentu.
RUMUSAN MASALAH
a.        Defenisi metode qiro’ah ?
b.        Macam-macam qiro’ah ?
c.        Ada berapakah Metode qiro’ah ?















BAB II
PEMBAHASAN
Kata Qiro’ah berasal dari akar kata qoro’a-yaqro’u, qiro’atan yang artinya membaca, bacaan. Secara bahasa kata ini berasal dari ayat pertama dari wahyu Al-Qur’an, yakni “iqro”. Kata “iqro” dalam ayat tersebut adalah “fiil amr” mengandung arti perintah untuk membaca. Perintah iqro’ ini dilanjutkan dengan kalimat berikutnya yakni bismirobbikalladzi kholaq, kholaqol insane min alaq. Yakni membaca dengan dasar atau kerangka “ismi rabb” (Allah sebagai Rabb). Makna iqro’/qiro’ah dalam ayat tersebut bukan sebatas harfiah yakni membaca suatu tulisan (saja), tetapi suatu perintah untuk membaca, meneliti, dan memahami. Sedangkan obyek yang harus dibaca adalah tentang manusia sebagai makhluk dan Allah sebagai kholiq (rabb). Jadi, perintah qiro’ah menurut ayat tersebut mengandung makna proses membaca, meneliti (mengkaji) dan memahami (mengenal) segalas sesuatu tanpa batas.
Terdapat beberapa alasan mengapa kita harus senantiasa membaca. Pertama, membaca sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan. Kedua, membaca merupakan sarana pergaulan. Ketiga, membaca merupakan salah satu sarana hiburan. Keempat, membaca dapat mendatangkan rezeki. Kelima, membaca dapat menjadi sarana mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa. Keenam, membaca sebagai sarana koreksi diri. Membaca adalah aktivitas memahami, menafsirkan, mengingat, lalu yang terakhir adalah menuliskannya kembali berdasarkan analisis fikiran kita sendiri.
Menurut Pawit M. Yusuf dalam kegiatan seminarnya tentang Indeks Baca di Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran, membaca adalah berfikir. Tidak ada manusia yang hidup tanpa berfikir, karena sebagai mahkluk sosial ia selalu menghadapi berbagai masalah yang perlu dipecahkan.
Di dalam buku Menjadi Guru Merdeka terjemahan dari A Pedagogy For Liberation Dialogues On Transforming Education, karangan Ira Shor dan Paulo Freire, makna membaca menurut Paulo Freire bukan sekedar berjalan atau melayang di atas lintasan kata-kata. Membaca adalah menuliskan kembali apa yang dibaca. Membaca adalah menemukan hubungan antara teks dan konteks dari teks bersangkutan, dan bagaimana menghubungkan antara teks atau konteks dengan konteks pembacanya.
Di Amerika pada masa lampau, kecepatan membaca perlu diukur, bahkan sampai dibuatkan rumus. Membaca seolah suatu kegiatan yang perlu kecepatan, seperti seorang berlari menuju finish. Namun dalam perkembangan selanjutnya, ternyata kecepatan membaca itu tidak harus selalu sama, tetapi fleksibel. Adakalanya kita harus cepat, adakalanya perlu memperlambat atau bahkan berhenti sebentar, lalu cepat lagi.
Kecepatan membaca sebenarnya tergantung pada tujuan membaca. Sutrisno menyatakan bahwa ada kebiasaan yang kurang baik yang sering dilakukan sampai dewasa ketika membaca yaitu:
a.        Vokalisasi.
Membaca dengan bersuara sangat memperlambat membaca karena mengucapkan kata demi kata dengan lengkap.
b.        Gerakan Bibir.
Menggerakkan bibir sewaktu membaca, sekalipun tidak mengeluarkan suara, sama lambatnya dengan membaca bersama. Kecepatan membaca bersuara ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari kecepatan membaca diam.
c.        Menunjuk dengan Jari.
Untuk menunjuk agar tidak ada kata-kata yang terlewati maka kita melakukan dengan bantuan jari atau pensil menunjuk kata demi kata. Cara tersebut sebenarnya harus kita tinggalkan karena tidak memberi kepercayaan kepada mata dan otak.
d.         Regresi atau Mengulang.
Kebiasaan selalu kembali ke belakang untuk melihat kata yang baru dibaca itu menghambat serius dalam membaca.
e.        Gerakan Kepala.
Semasa anak-anak penglihatan kita memang masih sulit menguasai seluruh penampang bacaan, akibatnya kita menggerakkan kepala dari kiri ke kanan untuk dapat membaca baris-baris bacaan secara lengkap. Setelah dewasa, penglihatan kita telah mampu secara optimal sehingga cukup mata saja yang bergerak.
Ada dua kelompok besar faktor yang mempengaruhi minat membaca anak, yaitu faktor personal dan faktor institusional. Faktor personal adalah yang ada dalam diri anak, yaitu meliputi usia, jenis kelamin, intelegensi, kemampuan membaca, sikap dan kebutuhan psikologis. Sedangkan faktor institusional adalah faktor-faktor diluar diri anak, yaitu meliputi ketersediaan jumlah buku-buku bacaan dan jenis-jenis bukunya, status sosial ekonomi orang tua dan latar belakang etnis, kemudian pengaruh orang tua, guru dan teman sebaya anak.
Ada banyak kiat yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat baca siswa, antara lain:
a. Memperkenalkan buku-buku. Cara ini dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran maupun guru perpustakaan. Buku yang diperkenalkan dapat berupa fiksi dan nonfiksi.
b. Memperkenalkan hasil karya sastrawan. Sastrawan tenar di Indonesia banyak sekali, misalnya, Umar Kayam, Y.B. Mangun Wijaya, Rendra, Taufik Ismail dan lain-lain.
c. Pameran buku, biasanya dapat dilaksanakan dengan bekerja sama antara toko buku atau penerbit.
d. Majalah dinding hingga dewasa ini masih merupakan media sederhana untuk berekspresi, berkreasi, dan bereksplorasi. Majalah dinding dapat menjadi media kelas dan sekolah.
Membaca adalah sebuah keharusan bila kita ingin menguasai dunia. Dengan membaca, pandangan kita menjadi lebih terbuka terhadap hal-hal baru yang tidak kita ketahui sebelumnya. Bila sebelumnya membaca identik dengan buku, maka di jaman yang serba digital ini membaca tidak hanya terpaku pada membaca buku karena segala informasi terkini telah tersedia di dunia maya.
Ø  Metode Pembelajaran Membaca
Dalam pembelajaran membaca terdapat beberapa teori dan metode yang muncul dan berkembang. Masing-masing memiliki sisi kelebihan dan kekurangannya, Diantara Metode tersebut adalah:
·         Metode Harfiyyah 
Guru memulai pelajaran dengan mengajarkan huruf hija’iyyah atau abjad  satu persatu.
·         Metode Sautiyyah
Dalam metode sautiyyah, huruf diajarkan kepada siswa berurutan dimulai dengan mengajarkan huruf  berharkat fathah, dhammah, kasrah, sukun, dan seterusnya.
Diantara kelebihan metode ini adalah mengajarkan huruf dengan bunyinya bukan dengan namanya. Namun, demikian ada juga kekurangannya diantaranya bahwa metode ini terkadang menghambat kelancaran atau kecepatan membaca siswa, karena siswa terbisa membaca huruf hijaiyyah.
·         Metode Suku kata 
Dalam metode ini siswa terlebih dahulu belajar suku kata, kemudian mempelajari kata yang tersusun dari suku kata tersebut. Untuk mengajarkan suku kata harus didahului oleh pembelajaran huruf.
·         Metode Kata 
Metode kata ini memunyai landasan psikologis yang mengasumsikan bahwa siswa mengetahui hal-hal yang umum dulu, kemudian berkembang mengetahui bagian-bagian dari yang umum itu.
Dalam mengimplementasikan metode ini, guru memulai dengan menampilkan sebuah kata disertai dengan gambar yang sesuai jika kata itu mungkin digambar, kemudian guru mengucapkan kata itu beberapa kali dan diikuti siswa. Langkah selanjutnya guru menampilkan kata tadi tanpa disertai gambar untuk dikenali dan dibaca oleh siswa
Metode kata ini memiliki beberapa kelebihan
§  Sejalan dengan landasan psikologis pengetahuan visual manusia yang dimulai dari hal-hal umum
§  Membiasakan siswa berlatih membaca cepat
§  Siswa memulai membaca satuan kata yang mempunyai arti
Metode ini mempunyai kekurangan
§  Terkadang siswa lebih terfokus pada gambar daripada kata yang diajarkan
§  Terkadang siswa hanya menebak dan mengira kata berdasarkan gambar, bukan membaca yang sesungguhnya.
§   Jika kata yang diajarkan bentuknya sangat mirip, siswa terkadang mengacaukannya.
·         Metode Kalimat
Prosedur pembelajaran membaca dengan metode ini adalah dengan cara guru pertama kali menampilkan sebuah kalimat pendek di kartu atau di papan tulis, kemudian membaca kalimat tersebut beberapa kali dan diikuti oleh siswa.
Ø  Macam-Macam Qira’ah
·         Membaca Intensif 
Membaca intensif adalah model membaca yang digunakan sebagai sarana pengajaran kosakata baru atau struktur baru.
·         Membaca dalam hati 
Membaca dalam hati adalah membaca yang biasa dilakukan hanya dengan menggunakan mata tanpa bunyi, bisikan, atau gerakan bibir.
Tujuan utama dari membaca dalam hati adalah penguasaan
Kecepatan membaca dapat terwujud apabila:
1.      Meluaskan jangkauan pandangan
2.      Menhindari pengulangan pandangan
3.      Mengurangi kelambanan pandangan
4.      Mengurangi macetnya pandangan
Dalam mempraktekan membaca dalam hati di ruang kelas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
1.        Hindarkan siswa bersuara walaupun hanya bisikan di saat membaca
2.        Hindarkan siswa dari kebiasaan menggerakan bibir saat membaca
3.        Guru hendaknya menentukan batasan waktu yang sesuai untuk setiap jenis bacaan
4.        Sertakan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat penguasaan dan pemahaman siswa
5.        Biasakan siswa membaca cepat dan tepat waktu
·         Membaca Nyaring 
Tujuan dari membaca nyaring:
1.      Menguji kemampuan pengucapan siswa dan membetulkanya jika salah.
2.      Menguji kemampuan ritme dan intonasi siswa
3.      Menguji kemampuan  intonasi siswa
4.      Menguji kemampuan tanda baca siswa
5.      Menguji tingkat pemahaman siswa
6.      Memuaskan keinginan siswa
7.      Membaca nyaring membantu siswa terbisa berbicara di hadapan orang banyak \
Dalam mempraktekan membaca nyaring harus diperhatikan hal berikut:
1.      Mendahulukan siswa yang paling baik bacaannya
2.      Meminta siswa membaca sambil berdiri
3.      Melibatkan semua siswa dalam mengoreksi kesalahan
4.      Tidak menugaskan satu siswa membaca teks secar keseluruhan
5.      Jangan menghabiskan waktu hanya untuk membaca nyaring
6.      Membaca nyaring sebaiknya dilakukan setelah membaca dalam hati
7.      Mengadakan variasi seperti mengadakan unsur perlombaan
Kelebihan dan kekurangan Membaca nyaring
1.      Membaca nyaring membutuhkan tenaga lebih banyak dari membaca dalam hati
2.      Tingkat pemahaman yang diperoleh lebih rendah
3.      Yang paling popular dalah membaca dalam hati
4.      Membaca nyaring menimbulkan kegaduhan

KESIMPULAN
                Jadi dalam metode qiro’ah ini kita lebih memperhatikan cara atau metode bagaimana peserta didik mudah dalam memahami apa yang telah kita jelaskan, dan kita sebagai guru harus mencoba dan mencari metode-metode baru yang bisa membuat mereka lebih cepat paham. Kalau semenjak dini kita sudah mengajari mereka cara membaca yang cepat dan benar maka dengan sendirinya mereka akan selalu membaca.
                Jika ini sudah terjadi maka bangsa kita akan maju karena bangsa majau yaitu bangsa yang banyak membaca. Mereka akan membaca dalam setiap kesempatan contohnya terlihat tidak hanya dalam perpustakaan umum dan peribadi tetapi juga di stasiun, di kereta, dan dalam perjalananpun mereka membaca.

PENUTUP
Demikian makalah Thoriqotul Qiro’ah ini yang dapat pemakalah sajikan. Namun, pemakalah juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat pemakalah harapan demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca yang budiman.
 



DAFTAR PUSTAKA

v  Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
v  Munir, Misbahul. 2005. Ilmu dan Seni Qi ro’atil Qu r’an. Semarang: Binawan.


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.