BAB I
PENDAHULUAN
Banyak
cara yang ditempuh agar seseorang memperoleh pengetahuan. Salah satunya yang
paling sering dilakukan adalah melalui membaca. Ini tampaknya lebih menekankan
pengertian membaca sebagai kegiatan seseorang untuk memperoleh pengetahuan
melalui sumber-sumber tekstual, seperti buku, artikel, koran dan sebagainya,
dengan menggunakan mata atau pandangan sebagai alat utamanya. Jika diperluas
lagi, pengertian membaca di sini sebenarnya tidak hanya persepsi visual
terhadap bentuk rangkaian kata-kata (verbal) tetapi juga dapat berbentuk
simbol-simbol lainnya, seperti angka, gambar, diagram, tabel yang di dalamnya
memiliki arti dan maksud tertentu.
Yang
dimaksud membaca ialah menangkap pikiran dan perasaan orang lain dengan
perantaraan tulisan (gambar dari bahasa yang dilisankan). Tujuannya ialah
menangkap bahasa yang tertulis dengan tepat dan teratur. Seseorang dapat mengenal suatu objek, ide
prosedur konsep, definisi, nama, peristiwa, rumus, teori, atau kesimpulan.
Bahkan lebih dari itu, melalui aktivitas membaca seseorang dapat mencapai
kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti menjelaskan, menganalisis, hingga
mengevaluasi suatu objek atau kejadian tertentu.
RUMUSAN MASALAH
a.
Defenisi metode qiro’ah ?
b.
Macam-macam qiro’ah ?
c.
Ada berapakah Metode qiro’ah
?
BAB II
PEMBAHASAN
Kata Qiro’ah berasal dari akar kata
qoro’a-yaqro’u, qiro’atan yang artinya membaca, bacaan. Secara
bahasa kata ini berasal dari ayat pertama dari wahyu Al-Qur’an, yakni “iqro”.
Kata “iqro” dalam ayat tersebut adalah “fiil amr” mengandung arti perintah
untuk membaca. Perintah iqro’ ini dilanjutkan dengan kalimat berikutnya yakni bismirobbikalladzi
kholaq, kholaqol insane min alaq. Yakni membaca dengan dasar atau
kerangka “ismi rabb” (Allah sebagai Rabb). Makna iqro’/qiro’ah dalam ayat
tersebut bukan sebatas harfiah yakni membaca suatu tulisan (saja), tetapi suatu
perintah untuk membaca, meneliti, dan memahami. Sedangkan obyek yang harus
dibaca adalah tentang manusia sebagai makhluk dan Allah sebagai kholiq (rabb).
Jadi, perintah qiro’ah menurut ayat tersebut
mengandung makna proses membaca, meneliti (mengkaji) dan memahami (mengenal) segalas sesuatu tanpa
batas.
Terdapat
beberapa alasan mengapa kita harus senantiasa membaca. Pertama, membaca
sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan. Kedua, membaca merupakan
sarana pergaulan. Ketiga, membaca merupakan salah satu sarana hiburan. Keempat,
membaca dapat mendatangkan rezeki. Kelima, membaca dapat menjadi sarana
mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa. Keenam, membaca sebagai sarana
koreksi diri. Membaca adalah aktivitas memahami, menafsirkan,
mengingat, lalu yang terakhir adalah menuliskannya kembali berdasarkan analisis
fikiran kita sendiri.
Menurut
Pawit M. Yusuf dalam kegiatan seminarnya tentang Indeks Baca di Jurusan Ilmu
Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran,
membaca adalah berfikir. Tidak ada manusia yang hidup tanpa berfikir, karena
sebagai mahkluk sosial ia selalu menghadapi berbagai masalah yang perlu
dipecahkan.
Di dalam
buku Menjadi Guru Merdeka terjemahan dari A Pedagogy For Liberation
Dialogues On Transforming Education, karangan Ira Shor dan Paulo Freire,
makna membaca menurut Paulo Freire bukan sekedar berjalan atau melayang di atas
lintasan kata-kata. Membaca adalah menuliskan kembali apa yang dibaca. Membaca
adalah menemukan hubungan antara teks dan konteks dari teks bersangkutan, dan
bagaimana menghubungkan antara teks atau konteks dengan konteks pembacanya.
Di
Amerika pada masa lampau, kecepatan membaca perlu diukur, bahkan sampai
dibuatkan rumus. Membaca seolah suatu kegiatan yang perlu kecepatan, seperti
seorang berlari menuju finish. Namun dalam perkembangan selanjutnya, ternyata
kecepatan membaca itu tidak harus selalu sama, tetapi fleksibel. Adakalanya
kita harus cepat, adakalanya perlu memperlambat atau bahkan berhenti sebentar,
lalu cepat lagi.
Kecepatan
membaca sebenarnya tergantung pada tujuan membaca. Sutrisno menyatakan
bahwa ada kebiasaan yang kurang baik yang sering dilakukan sampai dewasa ketika
membaca yaitu:
a.
Vokalisasi.
Membaca
dengan bersuara sangat memperlambat membaca karena mengucapkan kata demi kata
dengan lengkap.
b.
Gerakan Bibir.
Menggerakkan
bibir sewaktu membaca, sekalipun tidak mengeluarkan suara, sama lambatnya
dengan membaca bersama. Kecepatan membaca bersuara ataupun dengan gerakan bibir
hanya seperempat dari kecepatan membaca diam.
c.
Menunjuk dengan Jari.
Untuk menunjuk agar tidak
ada kata-kata yang terlewati maka kita melakukan dengan bantuan jari atau
pensil menunjuk kata demi kata. Cara tersebut sebenarnya harus kita tinggalkan
karena tidak memberi kepercayaan kepada mata dan otak.
d.
Regresi
atau Mengulang.
Kebiasaan
selalu kembali ke belakang untuk melihat kata yang baru dibaca itu menghambat
serius dalam membaca.
e.
Gerakan Kepala.
Semasa anak-anak penglihatan
kita memang masih sulit menguasai seluruh penampang bacaan, akibatnya kita
menggerakkan kepala dari kiri ke kanan untuk dapat membaca baris-baris bacaan
secara lengkap. Setelah dewasa, penglihatan kita telah mampu secara optimal sehingga
cukup mata saja yang bergerak.
Ada dua
kelompok besar faktor yang mempengaruhi minat membaca anak, yaitu faktor
personal dan faktor institusional. Faktor personal adalah yang ada dalam diri anak, yaitu meliputi usia,
jenis kelamin, intelegensi, kemampuan membaca, sikap dan kebutuhan psikologis.
Sedangkan faktor institusional adalah
faktor-faktor diluar diri anak, yaitu meliputi ketersediaan jumlah buku-buku
bacaan dan jenis-jenis bukunya, status sosial ekonomi orang tua dan latar
belakang etnis, kemudian pengaruh orang tua, guru dan teman sebaya anak.
Ada
banyak kiat yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat baca siswa, antara
lain:
a. Memperkenalkan buku-buku. Cara ini dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran maupun guru perpustakaan. Buku yang diperkenalkan dapat berupa fiksi dan nonfiksi.
a. Memperkenalkan buku-buku. Cara ini dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran maupun guru perpustakaan. Buku yang diperkenalkan dapat berupa fiksi dan nonfiksi.
b.
Memperkenalkan hasil karya sastrawan. Sastrawan tenar di Indonesia banyak
sekali, misalnya, Umar Kayam, Y.B. Mangun Wijaya, Rendra, Taufik Ismail dan
lain-lain.
c.
Pameran buku, biasanya dapat dilaksanakan dengan bekerja sama antara toko buku
atau penerbit.
d. Majalah dinding hingga dewasa ini masih merupakan media sederhana untuk berekspresi, berkreasi, dan bereksplorasi. Majalah dinding dapat menjadi media kelas dan sekolah.
d. Majalah dinding hingga dewasa ini masih merupakan media sederhana untuk berekspresi, berkreasi, dan bereksplorasi. Majalah dinding dapat menjadi media kelas dan sekolah.
Membaca
adalah sebuah keharusan bila kita ingin menguasai dunia. Dengan membaca,
pandangan kita menjadi lebih terbuka terhadap hal-hal baru yang tidak kita
ketahui sebelumnya. Bila sebelumnya membaca identik dengan buku, maka di jaman
yang serba digital ini membaca tidak hanya terpaku pada membaca buku karena
segala informasi terkini telah tersedia di dunia maya.
Ø
Metode Pembelajaran Membaca
Dalam
pembelajaran membaca terdapat beberapa teori dan metode yang muncul dan
berkembang. Masing-masing memiliki sisi kelebihan dan kekurangannya, Diantara
Metode tersebut adalah:
·
Metode Harfiyyah
Guru
memulai pelajaran dengan mengajarkan huruf hija’iyyah atau abjad satu persatu.
·
Metode Sautiyyah
Dalam
metode sautiyyah, huruf diajarkan kepada siswa berurutan dimulai dengan
mengajarkan huruf berharkat fathah,
dhammah, kasrah, sukun, dan seterusnya.
Diantara
kelebihan metode ini adalah mengajarkan huruf dengan bunyinya bukan dengan
namanya. Namun, demikian ada juga kekurangannya diantaranya bahwa metode ini
terkadang menghambat kelancaran atau kecepatan membaca siswa, karena siswa
terbisa membaca huruf hijaiyyah.
·
Metode Suku kata
Dalam
metode ini siswa terlebih dahulu belajar suku kata, kemudian mempelajari kata
yang tersusun dari suku kata tersebut. Untuk mengajarkan suku kata harus
didahului oleh pembelajaran huruf.
·
Metode Kata
Metode
kata ini memunyai landasan psikologis yang mengasumsikan bahwa siswa mengetahui
hal-hal yang umum dulu, kemudian berkembang mengetahui bagian-bagian dari yang
umum itu.
Dalam mengimplementasikan metode ini, guru memulai dengan
menampilkan sebuah kata disertai dengan gambar yang sesuai jika kata itu
mungkin digambar, kemudian guru mengucapkan kata itu beberapa kali dan diikuti
siswa. Langkah
selanjutnya guru menampilkan kata tadi tanpa disertai gambar untuk dikenali dan
dibaca oleh siswa
Metode
kata ini memiliki beberapa kelebihan
§
Sejalan dengan landasan psikologis pengetahuan
visual manusia yang dimulai dari hal-hal umum
§
Membiasakan siswa berlatih membaca cepat
§
Siswa memulai membaca satuan kata yang
mempunyai arti
Metode
ini mempunyai kekurangan
§
Terkadang siswa lebih terfokus pada gambar
daripada kata yang diajarkan
§
Terkadang siswa hanya menebak dan mengira kata
berdasarkan gambar, bukan membaca yang sesungguhnya.
§
Jika
kata yang diajarkan bentuknya sangat mirip, siswa terkadang mengacaukannya.
·
Metode Kalimat
Prosedur
pembelajaran membaca dengan metode ini adalah dengan cara guru pertama kali
menampilkan sebuah kalimat pendek di kartu atau di papan tulis, kemudian
membaca kalimat tersebut beberapa kali dan diikuti oleh siswa.
Ø Macam-Macam Qira’ah
·
Membaca
Intensif
Membaca
intensif adalah model membaca yang digunakan sebagai sarana pengajaran kosakata
baru atau struktur baru.
·
Membaca
dalam hati
Membaca
dalam hati adalah membaca yang biasa dilakukan hanya dengan menggunakan mata tanpa
bunyi, bisikan, atau gerakan bibir.
Tujuan
utama dari membaca dalam hati adalah penguasaan
Kecepatan
membaca dapat terwujud apabila:
1.
Meluaskan jangkauan pandangan
2.
Menhindari pengulangan pandangan
3.
Mengurangi kelambanan pandangan
4.
Mengurangi macetnya pandangan
Dalam
mempraktekan membaca dalam hati di ruang kelas, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan
1.
Hindarkan siswa bersuara walaupun hanya bisikan
di saat membaca
2.
Hindarkan siswa dari kebiasaan menggerakan bibir
saat membaca
3.
Guru hendaknya menentukan batasan waktu yang
sesuai untuk setiap jenis bacaan
4.
Sertakan beberapa pertanyaan untuk mengukur
tingkat penguasaan dan pemahaman siswa
5.
Biasakan siswa membaca cepat dan tepat waktu
·
Membaca Nyaring
Tujuan
dari membaca nyaring:
1.
Menguji kemampuan pengucapan siswa dan membetulkanya jika salah.
2.
Menguji kemampuan ritme dan intonasi siswa
3.
Menguji kemampuan intonasi siswa
4.
Menguji kemampuan tanda baca siswa
5.
Menguji tingkat pemahaman siswa
6.
Memuaskan keinginan siswa
7.
Membaca nyaring membantu siswa terbisa berbicara di hadapan orang banyak \
Dalam
mempraktekan membaca nyaring harus diperhatikan hal berikut:
1.
Mendahulukan siswa yang paling baik bacaannya
2.
Meminta siswa membaca sambil berdiri
3.
Melibatkan semua siswa dalam mengoreksi kesalahan
4.
Tidak menugaskan satu siswa membaca teks secar keseluruhan
5.
Jangan menghabiskan waktu hanya untuk membaca nyaring
6.
Membaca nyaring sebaiknya dilakukan setelah membaca dalam hati
7.
Mengadakan variasi seperti mengadakan unsur perlombaan
Kelebihan
dan kekurangan Membaca nyaring
1.
Membaca nyaring membutuhkan tenaga lebih banyak dari membaca dalam hati
2.
Tingkat pemahaman yang diperoleh lebih rendah
3.
Yang paling popular dalah membaca dalam hati
4.
Membaca nyaring menimbulkan kegaduhan
KESIMPULAN
Jadi dalam metode qiro’ah ini kita lebih memperhatikan
cara atau metode bagaimana peserta didik mudah dalam memahami apa yang telah
kita jelaskan, dan kita sebagai guru harus mencoba dan mencari metode-metode
baru yang bisa membuat mereka lebih cepat paham. Kalau semenjak dini kita sudah
mengajari mereka cara membaca yang cepat dan benar maka dengan sendirinya
mereka akan selalu membaca.
Jika ini sudah terjadi maka bangsa kita akan maju
karena bangsa majau yaitu bangsa yang banyak membaca. Mereka akan membaca dalam
setiap kesempatan contohnya terlihat tidak hanya dalam perpustakaan umum dan
peribadi tetapi juga di stasiun, di kereta, dan dalam perjalananpun mereka
membaca.
PENUTUP
Demikian
makalah Thoriqotul Qiro’ah ini yang dapat pemakalah sajikan. Namun, pemakalah
juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang konstruktif sangat pemakalah harapan demi perbaikan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca yang budiman.
DAFTAR PUSTAKA
v Sagala, Syaiful. 2005. Konsep
dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
v Munir, Misbahul. 2005. Ilmu
dan Seni Qi ro’atil Qu r’an. Semarang: Binawan.
0 komentar:
Posting Komentar