Dunia pendidikan
mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan
untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga
mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara
menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan)
maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang
seobyektif mungkin.
Berkait dengan kegiatan diagnosis,
secara garis besar dapat diklasifikasikan ragam diagnosis ada dua macam, yaitu
diagnosis untuk mengerti masalah dan diagnosis yang mengklasifikasi masalah.
Diagnosa untuk mengerti masalah merupakan usaha untuk dapat lebih banyak
mengerti masalah secara menyeluruh. Sedangkan diagnosis yang mengklasifikasi
masalahmerupakan pengelompokan masalah sesuai ragam dan sifatnya. Ada masalah
yang digolongkan kedalam masalah yang bersifat vokasional, pendidikan,
keuangan, kesehatan, keluarga dan kepribadian. Kesulitan belajar merupakan
problem yang nyaris dialami oleh semua siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan
suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan
tertentu untuk menggapai hasil belajar.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ada dua faktor, pertama faktor internal yakni, keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa dan kedua faktor eksternal, yakni kondisi
lingkungan/di luar diri siswa.
Faktor Internal (keadaan siswa)
Faktor internal terdiri dari dua faktor, yakni:
a) Faktor fisiologis, yaitu
meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik/jasmani individu
seseorang, dan pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
seseorang. Faktor tersebut meliputi kondisi fisik yang normal dan kondisi
kesehatan fisik
Menurut Noehi Nasution, dkk. dalam Syaiful Bahri Djamarah, bahwa,
“orang yang dalam keadaan segar jasmaninya berlainan belajarnya dari orang yang
dalam keadaan kelelahan”. Anak-anak yang kekurangan gizi; mereka lekas lelah,
mudah mengantuk, dan sukar menerima atau memperhatikan pelajaran.
b) Faktor Psikologis. Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu,
semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang.
Faktor tersebut adalah:
1. Minat dan Usah
Menurut Slameto bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minat.
Inteligensi (kecerdasan)
Menurut Wechler dalam Dimyati dan Mudjiono, bahwa inteligensi adalah
suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara
terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.
Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar
atau kehidupan sehari-hari.
Bakat.
Disamping inteligensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Bakat
adalah “salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah
ada sejak manusia itu ada”.[4]
Motivasi adalah “daya penggerak atau pendorong untuk melakukan
sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar”.
Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsic) yaitu dorongan yang datang
dari sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu at-au dapat
juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang
dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang
datang dari luar (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru teman-teman dan
anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan
melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah
atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas
bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.
Jadi kuat lemahnya motivasi seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya.
Konsentrasi Belajar.
Menurut Thursan Hakim, bahwa konsentrasi adalah
“merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan, dan
segenap panca-indra ke satu objek di dalam suatu aktivitas tertentu, dengan
disertai usaha untuk tidak memedulikan objek-objek lain yang tidak ada
hubungannya dengan aktivitas itu”.
Pemusatan perhatian (fokus) tertuju pada objek/isi bahan belajar
maupun proses memperolehnya, dan tidak terpengaruh dengan sekelilingnya.
Konsentrasi sangat mempengaruhi proses belajar seseorang, apabila konsen-trasi
menurun tentu menggangu belajarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Rooijakker
dalam Dimyati dan Mudjiono, mengatakan bahwa “kekuatan perhatian selama 30
menit telah menurun”. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan
selama beberapa menit.
Kematangan dan Kesiapan.
Kematangan merupakan suatu “tingkatan atau fase dalam
pertumbuhan seseorang, di mana seluruh organ-organ biologisnya sudah siap untuk
melakukan kecakapan baru”. Misalnya siap anggota tubuhnya untuk belajar. Dalam
konteks proses pembelajaran, kesiapan untuk belajar sangat menentukan aktifitas
belajar siswa. Siswa yang belum siap belajar, cenderung akan berprilaku tidak
kondusif, sehingga pada gilirannya akan mengganggu proses belajar secara
keseluruhan. Seperti siswa yang gelisah, ribut (tidak tenang) sebelum proses belajar
dimulai. Jadi kesiapan amat perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar,
karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya
akan lebih baik. Kesiapan juga erat hubungannya dengan minat.
2. Faktor Eksternal Siswa
a) Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah “ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi
penghuni rumah”.[10] Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan
lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan
seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dan utama pula dalam
menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang tua adalah penanggung jawab
keluarga. Dalam pendidikan keluarga menjadi suatu kebutuhan yang mendasar,
sebab keluarga adalah awal dimana anak mengenal dengan orang lain dan dirinya
sendiri, serta pertama-tama mendapatkan pendidikan, yaitu pendidikan yang
diberikan oleh kedua orang tuanya dan merupakan kewajiban yang bersifat kodrati
dan bersifat agamis. Hal ini diterangkan dalam Firman Allah surah at-Tahriim
ayat 6 yang artinya
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka”
Ayat tersebut, jelas peran orang tua di lingkungan keluarga sangat
memegang kunci. Kalau dari awal proses belajar dan perkembangan anak tetap
tercurah oleh para orang tua, maka tercipta kondisi yang ideal bagi terwujudnya
pola pikir anak ke arah pembelajaran yang baik
b) Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal terjadinya proses belajar mengajar.
Selain pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah diperoleh seseorang
secara teratur, sistematis, bertingkat mulai TK sampai keperguruan tinggi.
Salah satu yang menunjang keberhasilan belajar seseorang di sekolah
adalah:
1. Adanya kurikulum yang baik, yakni kurikulum sesuai dengan
kemampuan siswa, sedangkan kurikulum kurang baik adalah kurikulum terlalu
padat, di atas kemampuan siswa.
2. Sarana prasarana, yakni lengkapnya prasarana dan sarana
pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik, karena adanya gedung
sekolah dengan lengkap fasilitas belajar, seperti buku pegangan anak, ruang
ibadah, laboratorium dan lain-lain. Jadi adanya kelengkapan fasilitas dan
sarana dapat mempengaruhi kegiatan belajar anak. Anak didik dapat belajar
dengan baik apabila suatu sekolah memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik.
3. Tata tertib dan disiplin. Menurut Thursan Hakim bahwa salah satu
yang paling mutlaq harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan belajar
adalah adanya “tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan
konsisten”. Disiplin tersebut harus ditegakkan secara menyeluruh, dari pimpinan
sekolah yang bersangkutan, para guru, siswa sampai karyawan sekolah lainnya.
Dengan cara inilah dapat mempengaruhi prestasi belajar para siswa. Sebaliknya
apabila dalam suatu sekolah tidak ada tata tertib dan kedisiplinan maka proses
belajar tidak berjalan dengan baik, dan akhirnya prestasi siswa pun kurang
baik.
4. Guru. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses
belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan. Guru yang baik adalah guru yang
profesional, mengajar sesuai dengan keahliannya. Apabila kurang ahli dalam
bidang pelajaran tertentu, maka jadi sasarannya adalah siswa, yang kurang
menguasai dengan materi. Jadi guru profesional di sini dalam interaksi belajar
mengajar diantaranya adalah sebagai berikut:
c) Faktor Lingkungan Masyarakat
1. Kegiatan siswa dalam masyarakat, yakni kegiatan siswa dalam
masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi kalau
kegiatan siswa terlalu banyak maka akan terganggu belajarnya, karena ia tidak
bisa mengatur waktu.
2. Media Massa, yang dimaksud dalam media massa adalah bioskop,
radio, TV, surat kabar, buku-buku, komik. Dan lain-lain. Media massa yang baik
akan memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya.
Sebaliknya media massa yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa.
3. Teman bergaul. Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat
masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman yang baik membawa kebaikan,
seperti membawa belajar bersama, dan teman pergaulan yang kurang baik adalah
yang suka begadang, pecandu rokok, minum-minum maka berpengaruh sifat buruk
juga.
4. Bentuk kehidupan masyarakat, yakni apabila kehidupan masyarakat
yang terdiri dari orang-orang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata
bersekolah tinggi dan moralnya baik. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang
tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak
baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada dilingkungan itu.
Jadi dalam suatu diagnosis kesulitan
belajar psti dapat di atasi dengan cara – cara yang memungkinkan untuk
mengatasinya. Apakah kesulitan belajar dan bagaimanakah cara mengatasinya dan
melalui apakah cara – cara yang tepat untuk mengatasinya?
a.Kesulitan Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka
ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan
berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa
yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar
siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga
pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di
bawah semestinya.
Kesulitan belajar siswa mencakup
pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning
disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities.
Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
b. Diagnostik mengatasi kesulitan
belajar
Belajar pada dasarnya merupakan
proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk
perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar
seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh
perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa
mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil
belajar. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan,
akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah
bagi perkembangan pribadinya.
Menghadapi masalah itu,
ada kecendrungan tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Seseorang
mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. Ia
tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Ada pula seseorang yang tampak
seolah tidak mempunyai masalah, padahal masalah yang dihadapinya cukup berat.
Atas kenyataan itu,
semestinya sekolah harus berperan turut membantu memecahkan masalah yang
dihadapi siswa. Seperti diketahui, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal
sekurang-kurangnya memiliki 3 fungsi utama. Pertama fungsi pengajaran, yakni
membantu siswa dalam memperoleh kecakapan bidang pengetahuan dan keterampilan.
Kedua, fungsi administrasi, dan ketiga fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan
bantuan khusus kepada siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri
dan integrasi sosial yang lebih baik, sehingga dapat menyesuaikan diri baik
dengan dirinya maupun dengan lingkungannya.
Setiap fungsi pendidikan
itu, pada dasarnya bertanggung jawab terhadap proses pendidikan pada umumnya.
Termasuk seorang guru yang berdiri di depan kelas, bertanggung jawab pula atau
melekat padanya fungsi administratif dan fungsi pelayanan siswa. Hanya memang
dalam pendidikan, pada dasarnya sulit memisahkan secara tegas fungsi yang satu
dengan fungsi yang lainnya, meskipun pada setiap fungsi tersebut mempunyai
penanggung jawab masing-masing. Dalam hal ini, guru atau pembimbing dapat
membawa setiap siswa kearah perkembangan individu seoptimal mungkin dalam
hubungannya dengan kehidupan sosial serta tanggung jawab moral. Salah satu
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan
peranannya ialah kegiatan evaluasi. Dilihat dari jenisnya evaluasi ada
empat, yaitu sumatif, formatif, penempatan, dan diagnostik.
c. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya
guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara
umum
d. Model Pembelajaran
Dalam mengimplementasikan Kurikulum
Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model
pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis
Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif
(Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning);
dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction). Sementara itu,
Gulo (2005) memandang pentingnya strategi pembelajaran inkuiri (inquiry).
E. Mengatasi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan masalah
yang cukup kompleks dan sering membuat orangtua bingung mencari
penyelesaiannya. Kesulitan belajar banyak ditemukan pada anak usia sekolah.
Pola belajar anak, memang dibentuk saat di sekolah dasar. Sesuai dengan masanya
ia mengalami perkembangan mental dan pembentukan karakternya. Di masa kini anak
tidak hanya belajar menghitung, membaca, atau menghafal pengetahuan umum, tapi
juga belajar tentang tanggung jawab, skala nilai moral, skala nilai prioritas
dalam kegiatannya.
Masalah disiplin juga
tidak kalah pentingnya. Anak-anak sejak kecil sudah harus ditanamkan disiplin.
Jika, tidak sangat menentukan perkembangan karakter anak tersebut. Di dalam
kebudayaan Bugis-Makassar ada istilah macanga-canga atau memandang enteng
persoalan. Sering menunda-nunda jadwal belajar.
Dalam menghadapi perilaku anak
seperti ini, dalalm artikel Ibu Anak disebutkan setidaknya ada tiga hal yang
harus diperhatikan. Namun, sebelum memperhatikan hal tersebut, orangtua
hendaknya tidak mudah jatuh iba sehingga mengambil alih tugas anak. Tentu
dengan tujuan meringankan agar mereka bisa mengerjakan pekerjaan rumah
misalnya.Sekali lagi orangtua tidak dianjurkan membantu anak dengan cara
mengambil alih, tapi bagaimana menuntun anak agar pekerjaan rumah dikerjakan
sendiri dalam situasi menyenangkan.
Kesulitan dalam
pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para
pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap
permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui media klinik
pembelajaran. Klinik Pembelajaran merupakan wadah bagi guru untuk melakukan
serangkaian upaya yaitu kegiatan refleksi, penemuan masalah, pemecahan masalah
melalui beragam strategi untuk meningkatkan ketrampilan dalam mengelola
pembelajaran. Strategi utama yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.
Karena Klinik
Pembelajaran merupakan milik bersama para guru, maka tempat ini dapat digunakan
dengan bebas untuk berdiskusi, melakukan refleksi atau merenung tentang proses
pembelajaran yang telah dijalani, bersimulasi, misalnya bagaimana cara
mengajarkan suatu konsep dengan menyenangkan, dan membuat catatan bersama-sama
dengan teman sejawat. Di Klinik Pembelajaran, para supervisor akan membantu dalam
melakukan berbagai kegiatan tersebut.
Dalam klinik pembelajaran analisis
kesulitan pembelajaran dapat dilalui dengan identifikasi kesulitan belajar,
mengadakan diagnosis kesulitan belajar, melakukan bimbingan dan konseling
belajar, dan kemudian menetapkan model pembelajaran serta mengatasi kesulitan
belajar.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sudijono,
Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. 2009.
2.
Drs.
Sumadi Suryabrata, B,A., MA., Edi., Ph.D, Psikologi Pendidikan. Jakarta.
2008
4.
Sutikno,
Sobry. Belajar dan pembelajaran “Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran
yang Berhasil”. Bandung: Prospect. 2009.
0 komentar:
Posting Komentar