Jika Imam Shalat Sambil
Duduk Apakah Makmum Harus Shalat Duduk?
Kelompok
I:
Imron Rosyadi ,Dumyati, fadhlul
rahman
Telah menceritakan kepada kami
Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Laits –lewat jalur
periwayatan lain– dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh telah
mengabarkan kepada kami al-Laits dari Abu az-Zubair dari Jabir dia berkata, “Rasulullah
s.a.w.mengaduh, lalu kita shalat di belakangnya, sedangkan beliau dalam keadaan
duduk, dan Abu Bakar memperdengarkan takbirnya kepada manusia. Lalu beliau
menoleh kepada kami, maka beliau melihat kami shalat dalam keadaan berdiri.
Lalu beliau memberi isyarat kepada kami untuk duduk, lalu kami shalat dengan
mengikuti shalatnya dalam keadaan duduk. Ketika beliau mengucapkan salam, maka
beliau bersabda, ‘ kalian baru saja hampir melakukan perbuatan kaum Persia dan
Rumawi, mereka berdiri di hadapan raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan
duduk, maka janganlah kalian melakukannya. Berimamlah dengan imam kalian. Jika
dia shalat dalam keadaan berdiri, maka shalatlah kalian dalam keadaan berdiri,
dan jika dia shalat dalam keadaan duduk, maka kalian shalatlah dalam keadaan
duduk’.” (H.R. Muslim No. 624)
Telah menceritakan kepada kami
Al-Qa’nabi dari Malik dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik, Rasulullah
s.a.w.pernah menaiki seekor kuda, lalu beliau terpelanting darinya hingga sisi
kanannya terkoyak, lalu beliau melaksanakan salah satu shalat wajib dengan
duduk dan kami pun shalat di belakang beliau dengan duduk. Tatkala selesai,
beliau bersabda: “Sesungguhnya imam itu dijadikan hanyalah untuk diikuti,
apabila dia shalat dengan berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri, apabila
dia rukuk maka rukuklah, apabila dia bangkit maka bangkitlah, apabila dia
mengucapkan, ‘Sami’allaahu liman hamidah’ (Allah mendengar kepada orang yang
memujiNya), maka ucapkanlah, ‘Rabbanaa Walakal Hamdu’ (Wahai Rabb Kami, segala
puji hanya bagiMu), dan apabila dia shalat dengan duduk maka shalatlah kalian
dengan duduk.” (H.R. Abu Daud No. 509) Nashiruddin Al-Albani menshahihkan
hadits ini
Telah menceritakan kepada kami
Utsman bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dan Waki’ dari
Al-A’masy dari Abu Sufyan dari Jabir dia berkata; Rasulullah s.a.w. pernah menaiki
seekor kuda di Madinah, lalu kuda itu menjatuhkan beliau pada akar pohon kurma
hingga kakinya keseleo. Maka kami menjenguk beliau, kami mendapati beliau di
kamar ‘Aisyah sedang melaksanakan shalat sunnah dalam keadaan duduk. Dia
(perawi) berkata; Maka kami pun berdiri di belakang beliau (berjamaah), namun
beliau tidak berbicara dengan kami. Kemudian kami menjenguk beliau kembali
(pada waktu yang lain), lalu beliau shalat wajib dengan duduk, sedangkan kami
berdiri di belakang beliau, kemudian beliau memberikan isyarat kepada kami agar
duduk, maka kami pun duduk. Dia (perawi) berkata; Tatkala selesai shalat,
beliau bersabda: “Apabila imam shalat dengan duduk maka shalatlah kalian dengan
duduk, dan apabila imam shalat dengan berdiri maka shalatlah kalian dengan
berdiri, dan janganlah kalian melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh
orang-orang Persia
kepada para pemimpin mereka.” (H.R. Abu Daud No. 510) Nashiruddin Al-Albani
menshahihkan hadits ini
Telah mengabarkan kepada kami
Qutaibah dia berkata; telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Abu Az
Zubair dari Jabir dia berkata; “Ketika Rasulullah s.a.w. sakit, kami shalat
di belakangnya dan beliau dalam keadaan duduk, sedangkan Abu Bakar
memperdengarkan takbirnya kepada orang-orang, maka beliau menoleh kepada kami
dan melihat kami dalam keadaan berdiri. Beliau lalu mengisyaratkan kepada kami
agar kami shalat dengan duduk. Setelah salam (selesai) beliau bersabda: ‘Jika
kalian seperti tadi, maka kalian melakukan perbuatan orang-orang Persia dan
Romawi; mereka berdiri kepada raja-raja mereka yang sedang duduk. Janganlah
kalian melakukan hal itu. Ikutilah imam-imam kalian, jika ia shalat dengan
berdiri maka shalatlah dengan berdiri, dan jika ia shalat dengan duduk maka
shalatlah dengan duduk‘.” (H.R. Nasa’i No. 1185)
Telah bercerita kepada kami
Yunus bin Muhammad dan Hujjain telah bercerita kepada kami Laits dari Abu Az
Zubair dari Jabir berkata: “Rasulullah s.a.w.sakit lalu kami datang
dan shalat di belakangnya, beliau saat itu (shalat) dengan duduk. Abu Bakar
r.a. bertakbir sehingga terdengar orang-orang takbir Kemudian beliau
(Rasulullah s.a.w). menoleh dan melihat kami shalat dengan berdiri lalu beliau
memberi isyarat lalu kami duduk dengan tetap shalat bersama beliau. Tatkala
telah selesai shalat, (Rasulullah s.a.w.) bersabda: “Kalian tadi hampir saja
melakukan kebiasaan orang Persia
dan Romawi. Mereka berdiri terhadap raja-raja mereka yang sedang duduk,
janganlah kalian lakukan! Ikutilah imam kalian. Jika dia shalat dengan berdiri
maka shalatlah kalian dengan berdiri dan jika dia shalat dengan duduk
maka shalatlah dengan duduk”. (H.R. Ahmad No. 14063,H.R. Ibnu Majah No.
1230)
Telah mengabarkan kepada kami
Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Amru dari Abu
Salamah dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah s.a.w.bersabda:
“Sesungguhnya dijadikannya imam adalah agar ia diikuti, apabila ia bertakbir
maka bertakbirlah, apabila ia rukuk maka rukuklah, apabila ia sujud maka
sujudlah, apabila ia mengucapkan; ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah
mendengar pujian orang yang memuji-Nya), maka ucapkanlah; ‘RABBANAA LAKAL HAMDU
(Ya Rabb kami, kepada-Mu lah segala pujian). Dan apabila ia melakukan shalat
dengan berdiri maka shalatlah dengan berdiri, apabila ia melakukan shalat
dengan duduk maka shalatlah dengan duduk semua.” (H.R. Darimi No. 1277)
Maka dari hadits di atas dapat
kita ambil kesimpulan:
1.
Bahwa perkataan “Sesungguhnya
imam dijadikan untuk diikuti” pada mulanya dimaksudkan untuk masalah shalat sambil
duduk.
2.
Namun belakangan Nabi s.a.w.
tidak memerintahkan untuk mengikuti imam sama persis yaitu boleh makmum shalat
sambil berdiri, sementara imam shalat sambil duduk.
Telah menceritakan kepada kami
‘Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu
Syihab dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah s.a.w. pada suatu hari
mengendarai kudanya lalu terjatuh dan terhempas pada bagian lambungnya yang
kanan. Karena sebab itu beliau pernah melaksanakan shalat sambil duduk di
antara shalat-shalatnya. Maka kamipun shalat di belakang Beliau dengan duduk.
Ketika selesai Beliau bersabda: “Sesungguhnya imam dijadikan untuk diikuti,
jika ia shalat dengan berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri. Jika ia
rukuk maka rukuklah kalian, jika ia mengangkat kepalanya maka angkatlah kepala
kalian. Dan jika ia mengucapkan SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH (Semoga Allah
merndengar orang yang memuji-Nya) ‘, maka ucapkanlah; RABBANAA WA
LAKAL HAMDU (Ya Rabb kami, milik Engkaulah segala pujian) ‘. Dan jika ia shalat
dengan berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri, dan jika ia shalat dengan
duduk maka shalatlah kalian semuanya dengan duduk.” Abu ‘Abdullah berkata, Al
Humaidi ketika menerangkan sabda Nabi s.a.w. ‘Dan bila dia shalat dengan
duduk maka shalatlah kalian dengan duduk’ dia berkata, “Kejadian ini adalah
saat sakitnya Nabi s.a.w. di waktu yang lampau. Kemudian setelah itu Nabi
s.a.w. shalat dengan duduk sedangkan orang-orang shalat di belakangnya dengan
berdiri, dan beliau tidak memerintahkan mereka agar shalat sambil duduk
(mengikuti beliau). Dan sesungguhnya yang dijadikan ketentuan adalah
berdasarkan apa yang paling akhir dan terakhir dari perbuatan Nabi s.a.w.”
(H.R. Bukhari No. 648)
Telah menceritakan kepada kami
Sulaiman bin Daud, yaitu Abu Daud Aththayalisi telah menceritakan kepada kami
Syu’bah dari Musa bin Abu Aisyah berkata; saya telah mendengar Ubaidullah bin
Abdullah bin Utbah menceritakan dari Aisyah “bahwa Rasulullah s.a.w. pernah
memerintahkan Abu Bakr untuk menjadi imam ketika beliau sakit yang beliau wafat
ketika sakit tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di depan
Abu Bakr, beliau shalat sambil duduk sedangkan Abu Bakar mengimami orang-orang
di belakangnya (sambil berdiri).” (H.R. Ahmad No. 24918)
Telah mengkabarkan kepada kami
Mahmud bin Ghailan dia berkata; telah menceritakan kepadaku Abu Dawud dia
berkata; telah memberitakan kepada kami Syu’bah dari Musa bin Abu ‘Aisyah dia
berkata; “Aku mendengar ‘Ubaidullah bin Abdullah menceritakan dari ‘Aisyah
r.a. , bahwa Rasulullah s.a.w. menyuruh Abu Bakar shalat mengimami orang-orang
(sahabat). Aisyah lalu berkata; “Nabi s.a.w. pernah shalat sambil duduk di
depan Abu Bakar, sedangkan Abu Bakar shalat bersama orang-orang, dan mereka
shalat di belakang Abu Bakar.” (H.R. Nasa’i No. 788)
Jika Imam melakukan kesalahan
gerakan atau urutan shalat sedangkan makmum sudah memperingatkan namun Imam
tetap tidak menyadari kesalahannya, maka makmum tetap wajib mengikuti gerakan
shalat Imam dan tidak boleh melakukan gerakan sendiri yang berbeda dengan Imam.
(Imam Ahmad bin Hambal) Berkata
: “Saya telah membacakan kepada Abdurrahman; Malik dari Hisyam bin Urwah
dari ayahnya dari Aisyah, istri Nabi s.a.w. bahwasanya dia berkata; “Rasulullah
s.a.w. pernah shalat di rumahnya dan beliau sedang sakit, lalu beliau shalat
sambil duduk sedangkan kaum muslimin pun shalat berdiri di belakangnya,
kemudian beliau memberi isyarat kepada mereka supaya mereka duduk. Tatkala
beliau selesai, beliau bersabda: “Imam adalah untuk diikuti, apabila ia ruku’
maka ruku’lah, apabila ia mengangkat (kepalanya) maka angkatlah, dan apabila
imam shalat sambil duduk maka shalatlah kalian sambil duduk.” (H.R. Ahmad
No. 23994)
Jika makmum terlambat bergabung
dengan shalat berjamaah, atau memiliki niat shalat yang berbeda dengan imam
(misalnya dalam kasus ia mengikuti imam yang ternyata sedang shalat sunah
sementara makmum berniat shalat fardhu atau kasus-kasus lainnya) tetap wajib
mengikuti gerakan shalat Imam sampai selesai dan tidak boleh melakukan gerakan
sendiri yang berbeda dengan Imam.
Perintah umum “Sesungguhnya
imam dijadikan untuk diikuti” mencakup gerakan dasar dan urutan rakaat shalat
dan tidak meliputi detil detilnya seperti cara takbiratul ihrom, posisi tangan
di dada atau di perut, jari telunjuk dll.
0 komentar:
Posting Komentar